Thursday, July 17, 2014

Rumpon atau Payao : Alat Pengumpul Ikan

Payao adalah merupakan alat pengumpul ikan yang dipasang di laut dengan cara melabuhkannya di suatu perairan daerah penangkapan ikan, alat ini disebut juga dengan payaw, terbuat dari rakit bambu atau tabung baja berupa pelampung. Di bawah rakit bergantung rumah-rumah ikan terbuat dari tali yang telah penuh dengan sisipan daun kelapa (sarip). Payao ini digunakan untuk mengumpulkan ikan pelagis yang berukuran kecil maupun yang lebih besar yang nantinya dapat ditangkap dengan berbagai alat penangkap ikan.
Rumpon/Payao
Nelayan-nelayan di Indonesia  sudah menggunakan alat pengumpul ikan semacam ini yang dikenal dengan nama : Unjam, Rabo, Tendak, Rumpon atau Rompong. Namun payao sudah dikembangkan labih jauh, sehingga mencapai ukuran yang besar dan dapat dipasang di lautan dalam. 

Setelah perang dunia II para nelayan di Pilipina menggunakan payao yang sederhana dari bambu, mula-mula digunakan untuk mengumpulkan ikan yang akan ditangkap dengan pancing tangan, tetapi kemudian dengan adanya pengembangan-pengembangan technologi maka lampu (cahaya) sebagai salah satu alat pemikat bagi ikan,  mulai digunakan pada payao pada waktu malam hari untuk mengkonsentrasikan gerombolan ikan pelagis kecil termasuk ikan layang, kembung dan sejenisnya yang akan ditangkap dengan jaring kerut ataupun dengan purse seine.

Sampai pertengahan dekade 1970 an, payao masih dipasang pada kedalaman 90 sampai 900 meter saja, tetapi pada akhir tahun 1975 dengan dikenalkannya penangkapan ikan dengan “Tuna Purse Seine” yang menggunakan kapal – kapal besar, payao dikembangkan untuk dapat dipasang di laut yang mempunyai kedalaman sampai 5000 meter.

Berbagai rumpon yang banyak digunakan di Indonesia
Berbagai rumpon yang banyak digunakan di Indonesia
BAGIAN - BAGIAN RUMPON
Payao terdiri dari beberapa bagian yaitu rakit, jangkar, tali jangkar, rumah-rumah ikan, bahkan ada pula yang menggunakan pelampung sebagai tambahan.
1. Rakit
Rakit berfungsi sebagai pelampung dan sekaligus sebagai tempat menggantungkan rumah-rumah ikan. Dari tahun ke tahun bentuk payao lambat laun mengalami perubahan, semula hanyalah merupakan himpunan bambu yang dibendel dan diikat menjadi satu berubah menjadi rakit bambu yang berukuran besar seperti yang dapat dilihat pada gambar 1 (Aneka ragam payao yang digunakan di Pilipina).

Dalam perubahannya terbentuk rakit yang dirangkai bersusun, rakit bersusun tunggal dan rakit bersusun ganda, terjadi modifikasi beraneka ragam bentuk rakit, termasuk rakit bersusun tunggal berpelampung, rakit bersusun ganda dengan diberi tambahan drum-drum yang dipasang sedemikian rupa dan dijepit diantara kedua lapis susunan rakit. Konstruksinya dibuat sekokoh mungkin, dapat mengambang atau mengapung di air, tahan terhadap gempuran ombak dan arus serta angin. Umumnya payao yang digunakan sekarang adalah payao dengan rakit yang bersusun ganda. Rakit bambu mempunyai kemampuan pakai maksimal selama 6 bulan atau kurang, tergantung pada kondisi laut, biasanya kerusakan terjadi akibat gempuran ombak.

Rakit baja telah diterapkan untuk digunakan di perairan dalam di lepas pantai dengan kondisi laut yang berombak besar, pelat besi baja dibuat menjadi pelampung berbentuk tabung persegi empat panjang, belakangan ini telah dibuat bentuk tabung silinder yang kemampuannya telah diketahui bahwa pelampung bentuk ini tahan terhadap pengaruh gempuran ombak maupun angin.

2. Jangkar
Sebagai jangkar untuk melabuhkan payao digunakan pemberat yang terbuat dari blok semen beton bertulang atau drum minyak tanah ukuran 200 liter yang berisi semen beton bertulang dengan dilengkapi kuping-kuping atau mata dari betonneiser untuk tempat pemasangan tali jangkar. Berat masing-masing pemberat berkisar antara 480 – 500 kg. Jumlah pemberat yang diperlukan sebagai jangkar dalam sebuah payao bergantung kepada kedalaman perairan, untuk kedalaman antara 1.500 – 2.200 meter diperlukan 3 atau 4 buah pemberat, sedangkan untuk kedalaman antara 2.200 sampai pada kedalaman 5.000 meter diperlukan 5 sampai 6 buah pemberat. Jangkar berfungsi untuk mempertahankan agar payao tidak hanyut dan tetap berada pada posisi yang dikehendaki. Selain blok semen dapat digunakan juga batu gunung sebagai pemberat, ataupun bahkan jangkar kapal.

3. Tali jangkar
Tali jangkar berfungsi sebagai penambat yang menghubungkan rakit dan jangkar, terdiri dari kabel baja dan tali, dilengkapi dengan segel, timbley (cause), kili-kili (swivel) dan pemberat gantung. Panjang tali jangkar disesuaikan keperluannya, biasanya sekitar 1½ kali kedalaman air.

4. Rumah-rumah ikan
Diantara bagian-bagian payao, yang mempunyai peran paling penting adalah rumah-rumah ikan (rumah sawat) , ia berfungsi sebagai alat pengumpul ikan yang sesungguhnya. Rumah sawat terdiri dari tali yang panjangnya antara 27 – 37 meter yang disisipi daun kelapa (sarip) dengan jarak antara 1 – 2 meter pada tali tersebut. Ujung tali bagian atas dihubungkan dengan rakit di bagian belakang agar bebas dari kemungkinan menyangkut atau membelit tali jangkar yang terentang di bagian depan rakit, ujung tali lainnya diberi pemberat sekitar 10 – 20 kg, dengan demikian rumah sawat berada dalam keadaan menggantung di bawah rakit. Konstruksi payao terdiri dari 2 macam, dalam pemasangannya di laut ada yang memakai tambahan pelampung dan ada pula yang tidak memakai tambahan pelampung.
Bagian - bagian rumpon

Bagian Rumpon/Payao Rakit

Bagian - Bagian Rumpon/Payao Dengan Rakit Tabung Pelat Baja Persegi Empat Panjang
Bagian - Bagian Rumpon/Payao Samoa
PEMASANGAN PAYAO
Payao dilabuhkan di perairan yang sudah ditetapkan lokasinya terlebih dahulu, penetapan lokasi hendaknya didasarkan atas pertimbangan antara lain : lokasi tersebut bebas dari alur pelayaran dan diperkirakan merupakan daerah penyebaran atau jalur ruaya jenis ikan pelagis besar. Jumlah payao yang dilabuhkan bergantung kepada kebutuhan masing-masing kapal penangkap, umumnya setiap kapal purse seine tuna mempunyai 30 buah.

Seperti sudah merupakan perjanjian tak tertulis bahwa jarak posisi payao dengan payao lainnya minimal 7 mil. Untuk mengetahui banyak tidaknya ikan mulai berkumpul seringkali payao dijenguk dan diadakan pengamatan untuk kemudian pada saatnya dilakukan penangkapan ikan.

PENANGANAN PAYAO DALAM PENANGKAPAN IKAN MENGGUNAKAN PURSE SEINE
Pada dasarnya ikan yang berkumpul di payao dapat ditangkap dengan pancing ulur, pancing tonda, pole and line, jaring insang hanyut, ring net, jala lompo atau payang dan purse seine. Selama operasi penangkapan ikan dengan purse seine, penggantungan rumah sawat dipindahkan dari rakit ke sekoci atau ke sekoci lampu (jika penangkapan dilakukan pada malam hari). Hal ini dimaksudkan agar pada saat purse seine dilingkarkan posisi rakit berada di luar lingkaran jaring yang sedang mengepung ikan, rakit tetap berlabuh pada posisinya tanpa terganggu dan jaringpun dapat dioperasikan dengan leluasa serta bebas dari kemungkinan bersangkutan dengan tali jangkar dan rakit.

Ikan yang telah terkumpul di sekitar rumah sawat menghanyut mengikuti rumah sawat yang kini menggantung di sekoci, bergeser seirama dengan laju sekoci yang menghanyut perlahan-lahan. Setelah mencapai jarak yang aman dari rakit, tiba saatnya purse seine dioperasikan mengurung ikan dengan posisi sekoci yang dijadikan titik pusat lingkaran.

JENIS-JENIS IKAN YANG MENGERUMUNI PAYAO
Jenis – jenis ikan pelagis (permukaan) yang suka menggerombol di sekitar payao ber macam-macam, dan biasanya bergantung pada kesuburan, kedalaman, dan di laut mana payao itu dipasang. Diperkirakan ada 35 jenis, sebagian diantaranya terdiri dari jenis-jenis ikan pelagis besar yang sering tertangkap antara lain : Cakalang, Madidihang, Tuna mata besar, Tongkol, Setuhuk biru, Setuhuk loreng, Lemadang, Tenggiri, Sunglir, Barakuda dan Layaran.

Menurut para pakar, bahwa ikan berkumpul di sekitar payao, karena payao adalah merupakan :
1. Tempat mencari makan
Pada rumah sawat banyak melekat algae dan di sekitarnya banyak plankton. Sehingga dapat mengundang kehadiran jenis ikan pemakan algae dan plankton (biasanya terdiri dari jenis ikan kecil), jenis-jenis inilah agaknya yang menyebabkan jenis ikan yang lebih besar ikut singgah di sekitar payao. 
2. Tempat berlindung
Rumah sawat menjadi tempat berlindung bagi ikan kecil karena takut dimangsa oleh ikan yang lebih besar.
3. Tempat berpijah
Bagi beberapa jenis ikan tertentu, rumah sawat merupakan tempat berpijah.
4. Tempat berteduh
Beberapa jenis ikan yang mempunyai sifat fototaksis negatif memanfaatkan rumah sawat sebagai tempat berteduh. Diperkirakan ikan mulai berkumpul setelah payao terpasang di suatu perairan daerah penangkapan ikan selama 9 – 30 hari, pada saat inilah kegiatan penangkapan ikan dimulai.

Beragam rumpon yang digunakan di Filipina : a) Bonbon, b) Arong, c) Rakit Bersusun Tunggal,
d) Rakit Bersusun Ganda
Beragam rumpon yang digunakan di Filipina : a) Rakit Bersusun Tunggal Dengan Pelampung, b) Rakit Bersusun Ganda Dengan Sisipan Drum, c) Rakit Tabung Pelat Baja Empat Panjang, d) Rakit Tabung Pelat Baja Bentuk Silinder

Sumber : Modul Penangkapan Ikan, BPPP Tegal

Semoga Bermanfaat...

No comments:

Post a Comment