Tuesday, January 14, 2014

SISTIM PEMBINAAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN DI INDONESIA

Indonesia adalah merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau dan 81.000 Km, garis pantai, dimana sekitar 70 % wilayah teritorialnya berupa laut. Dengan perairan laut seluas total 5,8 juta Km2 (berdasarkan konvensi PBB tahun 1982), Indonesia menyimpan potensi sumberdaya hayati dan non hayati yang melimpah (Simanungkalit dalam Resosudarmo, dkk.,2002).   Hal ini menyebabkan sebahagian besar masyarakat tinggal dan menempati daerah sekitar wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya sebagai nelayan.
Pembinaan Nelayan

Jumlah nelayan perikanan laut di Indonesia menurut kategori nelayan maka status nelayan penuh  merupakan jumlah terbesar dari nelayan sambilan utama maupun nelayan sambilan tambahan dan jumlah ini setiap tahunnya menunjukkan peningkatan (Dirjen Perikanan Tangkap, 2002).Hal ini mempunyai indikasi bahwa jumlah nelayan yang cukup besar ini merupakan suatu potensi yang besar dalam pembangunan perikanan.

Keberadaan kehidupan nelayan selama ini dihadapkan dengan sejumlah permasalahan yang terus membelitnya, seperti lemahnya manajemen usaha, rendahnya adopsi teknologi perikanan, kesulitan modal usaha, rendahnya pengetahuan pengelolaan sumberdaya perikanan, rendahnya  peranan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan,  dan lain sebagainya mengakibatkan  kehidupan nelayan dalam realitasnya menunjukkan kemiskinan. 

Kemiskinan, rendahnya pendidikan dan pengetahuan serta kurangnya informasi sebagai akibat keterisolasian pulau-pulau kecil merupakan karakteristik dari masyarakat pulau-pulau kecil (Sulistyowati, 2003).  Hasil pembangunan selama ini belum dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di kawasan pulau terpencil. 

Masyarakat diletakkan sebagai obyek pembangunan dan bukan sebagai subyek pembangunan, dengan demikian dibutuhkan perhatian dan keinginan yang tinggi untuk memajukan kondisi  masyarakat pesisir khususnya nelayan sebagai pengelola sumberdaya pulau-pulau kecil agar dapat berlangsung secara lestari (Sulistyowati, 2003).

Pemerintah melalui Departemen Perikanan dan Kelautan selama ini telah melakukan kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang berjalan berdasarkan kebijakan KepMen 41 Tahun 2000 Departemen Kelautan dan Perikanan  tentang Pedoman Umum pengelolaan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Tujuan dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat (DKP, 2002). Kebijakan tersebut menghendaki perlu  adanya partisipasi masyarakat, karena keikut sertaan masyarakat akan membawa dampak positif, mereka akan memahami berbagai permasalahan yang muncul serta memahami keputusan akhir yang akan diambil.  Untuk itu, dalam partisipasi masyarakat diperlukan adanya komunikasi dua arah yang terus menerus dan informasi yang berkenaan dengan program, proyek atau kebijakan yang disampaikan dengan bermacam-macam teknik yang tidak hanya pasif dan formal tetapi juga aktif dan informal (Hadi dalam Harahap, 2001).

Salah satu faktor yang penting untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat nelayan adalah pembinaan yaitu antara lain; melalui penyuluhan dan pendidikan yang terus menerus kepada masyarakat setempat. Pembinaan masyarakat dapat dilihat dari beragam pendekatan, sehingga dapat memahami pokok-pokok pikiran tentang pembinaan yaitu antara lain ; pembinaan merupakan suatu sistim pendidikan non formal, yang berupaya mengubah perilaku sasarannya.

Konsep pembinaan masyarakat nelayan dalam kerangka perspektif pembangunan perikanan yang berkelanjutan di Indonesia  perlu dikaji secara baik, tepat dan menyentuh sasaran yang ingin dicapai mengingat pertimbangan beberapa faktor, antara lain; pembinaan masyarakat nelayan melibatkan banyak pihak yaitu, dari pemerintah, lembaga pendidikan, swasta, lembaga-lembaga non pemerintah maupun masyarakat nelayan sendiri; proses pembinaan yang berlangsung  harus dilakukan secara terus menerus dan simultan dengan masyarakat nelayan sehingga menimbulkan perubahan-perubahan yang sesuai dengan tujuan pembangunan perikanan yang diharapkan.

POKOK - POKOK PENGERTIAN PEMBINAAN MASYARAKAT NELAYAN
Pembinaan masyarakat nelayan  sebagai suatu proses penyuluhan dan pendidikan non formal dapat diartikan sebagai berikut : 
  1. Pembinaan masyarakat nelayan  merupakan suatu proses penyebarluasan infor- masi yang diperlukan dan berkembang selama pelaksanaan pembangunan perikanan dan kelautan.  Informasi tersebut dapat berupa inovasi atau teknologi perikanan dan kelautan yang dihasilkan dari penelitian maupun pengalaman lapang, masalah-masalah yang perlu memperoleh pemecahannya, maupun peraturan dan kebijakan yang ditetapkan pemerintah demi terlaksana dan tercapainya tujuan pembangunan perikanan yang direncanakan.  Alur informasinya dapat bersifat vertikal  yaitu : peneliti, pembina, masyarakat nelayan (dan sebaliknya) atau penentu kebijakan, pembina dan masyarakat nelayan (dan sebaliknya).  Dapat juga bersifat horisontal yaitu : antar aparat penentu kebijakan, antar peneliti, antar pembina, antar masyarakat nelayan ataupun antar lembaga sederajat yang saling terkait.
  2. Pembinaan masyarakat nelayan merupakan proses penerangan.  Penerangan kepada masyarakat nelayan tentang segala sesuatu yang belum diketahui dengan jelas untuk dilaksanakan atau diterapkan dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan atau keuntungan yang ingin dicapai melalui proses pembangunan perikanan.  Penerangan yang dilakukan tidaklah sekedar memberikan penerangan, tetapi penerangan yang dilakukan selama pembinaan masyarakat nelayan harus terus menerus dilakukan sampai betul-betul diyakini oleh pembina bahwa segala sesuatu yang telah diterangkan benar-benar telah dipahami, dihayati dan dilaksanakan oleh masyarakat nelayan.  
  3. Pembinaan sebagai proses perubahan perilaku.  Tujuan yang sebenarnya dari pembinaan masyarakat nelayan adalah terjadinya perubahan perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan ketrampilan di kalangan masyarakat nelayan agar mereka tau, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam pengelolaan wilayah pesisir demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraan masyarakat nelayan yang ingin dicapai melalui pembangunan perikanan. Melalui pembinaan, ingin dicapai suatu masyarakat nelayan yang memiliki pengetahuan luas tentang berbagai ilmu dan teknologi perikanan dan kelautan, memiliki sikap yang progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu  yang baru, serta trampil dan mampu berswadaya untuk mewujudkan keinginan dan harapan-harapannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan masyarakat nelayan.
  4. Pembinaan merupakan  proses rekayasa sosial dimana perlu dilaksanakan secara bijak dan hati-hati serta harus dijaga agar tidak terperangkap kepada upaya terciptanya tujuan dengan mengorbankan kepentingan masyarakat nelayan yang sebenarnya ingin diperbaiki mutu hidupnya.
  5. Pembinaan merupakan proses pendidikan, memiliki ciri-ciri sebagai :
  • Sistim pendidikan orang dewasa sehingga metoda pendidikan lebih banyak bersifat lateral yang saling mengisi dan berbagi pengalaman dibanding dengan pendidikan yang sifatnya vertikal atau menggurui/ceramah ; keberhasilannya tidak ditentukan oleh jumlah materi atau informasi yang disampaikan tetapi seberapa jauh tercipta dialog antara pendidik dan peserta didik;  sasaran utamanya adalah orang dewasa baik dewasa dalam arti biologis maupun psikologis.
  • Sistim pendidikan non formal yang terencana atau terprogram dapat dilakukan dimana saja baik di dalam ruangan  maupun diluar ruangan bahkan dapat dilakukan sambil bekerja (“learning by doing”); tidak terikat waktu baik, penyelenggara  maupun waktunya disesuaikan dengan kebu-tuhan nelayan ; pembina dapat berasal dari salah satu peserta didik.
Telah dipahami bahwa pembinaan masyarakat nelayan merupakan proses perubahan perilaku sehingga efektivitas pembinaan dapat diukur dari seberapa jauh perubahan perilaku masyarakat nelayan menyangkut pengetahuan,sikap dan ketrampilan yang dapat diamati  pada :
  • Perubahan-perubahan pelaksanaan kegiatan perikanan mencakup macam dan jumlah sarana produksi serta peralatan  penangkapan ikan  yang digunakan maupun teknik penangkapannya. 
  • Perubahan-perubahan tingkat produktivitasnya dan pendapatan masyarakat nelayan 
  • Perubahan dalam pengelolaan usaha (perorangan, kelompok) serta pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanannya. 
Faktor faktor yang mempengaruhi proses pembinaan masyarakat nelayan melalui upaya penyuluhan, dapat terjadi karena :
  • Keadaan pribadi masyarakat sasaran, yang terutama tergantung kepada motivasinya untuk melakukan perubahan.
  • Keadaan lingkungan fisik yang mencakup keadaan sumberdaya alam, iklim suhu air, salinitas  yang akan mempengaruhi tingkat kesuburan perairan.
  • Lingkungan sosial dan budaya masyarakat nelayan yang tinggal di pulau-pulau kecil 
  • Macam  dan aktivitas kelembagaan yang tersedia untuk mendukung dan menun- jang kegiatan pembinaan masyarakat nelayan.
ELEMEN - ELEMEN SISTIM PEMBINAAN MASYARAKAT NELAYAN
Pembinaan masyarakat nelayan sebagai suatu sistim berarti  terdiri dari elemen-elemen sistim yang saling terkait satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi.  Adapun elemen-elemen sistim yang penting adalah : sasaran pembinaan, metoda pembinaan, dan pembina. 
A. Sasaran Pembinaan
Sasaran pembinaan dapat terdiri dari sasaran utama pembinaan, sasaran penentu pembinaan, dan sasaran pendukung pembinaan.
Yang menjadi sasaran utama pembinaan adalah seluruh warga masyarakat nelayan yang terdiri dari bapak nelayan, ibu nelayan, pemuda ataupun anak-anak  yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki peranan  dalam kegiatan dan penge-lolaan usaha perikanan.  Sebagai sasaran utama pembinaan, mereka harus menjadi pusat perhatian pembina, sebab mereka inilah yang selalu terlibat dalam pengambilan keputusan akhir tentang segala sesuatu  baik mengenai teknik penangkapan, peralatan penangkapan,sistim pemasaran dan lain-lain.
Yang dimaksudkan dengan sasaran penentu dalam pembinaan adalah pihak-pihak yang bukan pelaksana kegiatan usaha perikanan tetapi secara langsung atau tidak langsung terlibat sebagai penentu kebijakan pembangunan perikanan.  Sasaran penentu pembinaan antara lain seperti :
  • Pimpinan wilayah  yang memiliki kekuasaan mengambil keputusan  kebijakan pem-bangunan perikanan  dan mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan pembangunan di wilayah kerjanya.
  • Tokoh-tokoh  informal seperti tokoh agama, tokoh adat, guru dimana mereka   yang memiliki kekuasaan atau wibawa untuk menumbuhkan opini publik atau dijadikan panutan oleh masyarakat  setempat.
  • Para peneliti dan para ilmuwan sebagai sumber pembawa informasi  atau teknologi seperti teknik penangkapan, pengelolaan usaha perikanan, pengorganisasian kelompok nelayan dimana hal  ini yang diperlukan oleh masyarakat nelayan.
  • Lembaga keuangan dimana dapat menyediakan kemudahan kredit bagi nelayan yang memerlukan. Seperti antara lain untuk keperluan pengelolaan usaha perikanan, dan  peralatan penangkapan.
  • Produsen dan penyalur sarana produksi perikanan atau peralatan penangkapan.
  • Pedagang atau lembaga-lembaga pemasaran hasil-hasil perikanan
  • Pengusaha atau industri pengolahan hasil-hasil perikanan.
Yang dimaksudkan dengan sasaran pendukung dalam pembinaan adalah  pihak-pihak yang secara langsung maupun tak langsung tidak memiliki hubungan  kegiatan dengan pembangunan perikanan, tetapi dapat diminta bantuannya guna melancarkan pembinaan masyarakat nelayan. Seperti antara lain ; para Lembaga Swadaya Masyarakat, para pekerja sosial, seniman, konsumen hasil-hasil perikanan dan biro iklan.

B. METODE PEMBINAAN
Tanggung jawab pembina didalam melaksanakan suatu pembinaan masyarakat nelayan adalah mengkomunikasikan teknologi atau inovasi yang dapat mengubah perilaku masyarakat nelayan  agar tau, mau dan mampu melaksanakan teknologi atau inovasi perikanan  demi untuk terjadinya perbaikan hidup masyarakat nelayan.
Di dalam setiap pelaksanaan pembinaan masyarakat, pembina haruslah memahami dan mampu memilih metode pembinaan yang tepat sebagai suatu cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan pembinaan yang dilaksanakan. Ada berbagai metoda yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan masyarakat nelayan, akan tetapi perlu disadari bahwa tidak ada satupun metoda yang paling efektif untuk diterapkan di dalam pembinaan.  Untuk itu, maka dalam pelaksanaan pembinaan masyarakat nelayan perlu menerapkan beragam metoda  sekaligus yang dapat saling menunjang dan melengkapi.
Ada beberapa prisip metoda pembinaan masyarakat nelayan yang perlu dipahami, antara lain :

  • Pembinaan masyarakat nelayan yang dilaksanakan harus mampu menghasilkan  nelayan yang mampu dengan upayanya sendiri  dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, serta mampu mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahuinya untuk terus menerus dapat memperbaiki mutu hidupnya.
  • Kegiatan pembinaan masyarakat nelayan sebaiknya dilaksanakan dilingkungan pekerjaan nelayan, agar tidak banyak menyita waktu kegiatan rutinnya dan pembina dapat memahami betul keadaan masyarakat nelayan dengan masalah-masalah yang dihadapi  dan potensi serta peluang yang ditemukan di lingkungan pekerjaannya sendiri sehingga mudah dipahami dan diingat  oleh nelayan.
  • Kegiatan pembinaan akan lebih efisien jika diterapkan hanya kepada beberapa warga masyarakat nelayan terutama yang diakui oleh lingkungannya sebagai panutan yang baik.
  • Ciptakan  hubungan yang akrab antara pembina dengan  masyarakat nelayan.  Hubungan yang akrab ini akan memperlancar kegiatan pembinaan.  Selain itu , akan tercipta suatu keterbukaan dalam mengemukakan masalah-masalah yang dihadapi  dan masyarakat dapat dengan mudah menyampaikan pendapatnya.  Dengan hubungan ini pembina dapat dengan senang hati diterima dalam lingkungan masyarakat tanpa ada prasangka.
  • Dalam kegiatan pembinaan, metoda yang diterapkan dapat merangsang masyarakat nelayan melakukan perubahan-perubahan  demi perbaikan mutu hidupnya sendiri.
Beragam Model Pembinaan
Ragam metoda pembinaan  dapat dibedakan menurut ; media yang digunakan, hubungan pembina dan masyarakat sasaran, serta pendekatan psikososial.
  • Berdasarkan media yang digunakan maka metoda pembinaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu; (1) media lisan yang disampaikan secara langsung seperti percakapan tatap muka atau lewat telepon maupun secara tidak langsung, seperti; lewat radio dan televisi. (2) media cetak  baik berupa gambar dan atau tulisan seperti; foto,majalah, selebaran, poster dll, yang dibagi-bagikan, disebarkan atau dipasang  ditempat-tempat strategis yang mudah dijumpai oleh masyarakat nelayan. (3) media terproyeksi, berupa gambar dan atau tulisan lewat slide atau pertunjukkan film. 
  • Berdasarkan hubungan pembina dan masyarakat nelayan, maka metoda pembinaan ada dua macam, yaitu : (1) komunikasi langsung, baik melalui percakapan tatap muka atau lewat media  tertentu, dimana pembina dapat berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat nelayan dalam waktu yang relatif singkat ; (2) komunikasi tak langsung, baik lewat perantara orang lain atau media lain yang tidak memungkinkan pembina dapat menerima respons  dari masyarakat nelayan dalam waktu yang relatif singkat.
  • Metoda pembinaan keadaan psiko-sosial masyarakat nelayan maka dapat dibedakan dalam tiga pendekatan, yaitu ; (1) pendekatan perorangan, seperti kunjungan ke rumah, kunjungan ke tempat kegiatan nelayan; (2) pendekatan kelompok, seperti pertemuan di tempat penyelenggaraan latihan , pertemuan kelompok nelayan; (3) pendekatan massal, seperti melalui televisi, radio, penyebaran selebaran. Metoda ini mencakup jumlah nelayan yang sangat banyak dan tersebar tempat tinggalnya .
Metoda yang akan diterapkan dalam pembinaan masyarakat nelayan  dapat juga  menggunakan metoda pendidikan formal seperti; ceramah, diskusi, atau metoda yang tidak pernah diterapkan dalam pendidikan formal, seperti ; pameran, kunjungan ke rumah nelayan. 
Metoda pembinaan masyarakat nelayan  yang akan dipilih harus selalu disesuaikan dengan karakteristik sasaran, sumberdaya yang tersedia atau yang dapat dimanfaatkan  serta keadaan lingkungan  termasuk tempat dan waktu  diselenggarakan kegiatan pembinaan tersebut.

Pemilihan metoda pendidikan orang dewasa harus lebih diutamakan pada metoda-metoda yang memungkinkan  adanya dialog baik antara pendidik (pembina) dan yang didik (masyarakat nelayan) maupun antara peserta didik.  Pemilihan metoda pendidikan orang dewasa  perlu mempertimbangkan : (1) waktu penyelenggaraan yang tidak terlalu mengganggu kegiatan, (2) waktu penyelenggaraan sesingkat mungkin, (3) lebih banyak menggunakan alat peraga.  Selain itu,  pemilihan metoda pembinaan ini  lebih banyak mengacu kepada pemecahan masalah yang sedang dihadapi dan akan dihadapi dibanding dengan upaya menambah pengalaman belajar baik yang berupa pengetahuan, sikap maupun ketrampilan- ketrampilan baru.

C. PEMBINA
Pembina adalah seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga pembinaan  berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran pembinaan  untuk mengadopsi teknologi.  Untuk itu seorang pembina harus memiliki kualifikasi yang baik seperti kepribadian, pengetahuan, sikap dan ketrampilan  membina yang profesional.

Pembina memiliki peran dalam menyampaikan informasi dan teknologi kepada masyarakat  dan mempengaruhi sasaran pembinaan  melalui metoda dan teknik-teknik tertentu.  Akan  tetapi,  pembina juga harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga pembinaan  yang diwakilinya dengan masyarakat sasarannya, baik dalam menyampaikan kebijakan-kebijakan  yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan respons masyarakat  kepada pemerintah  atau lembaga pembinaan yang diwakilinya.

Seorang pembina masyarakat nelayan harus memiliki syarat-syarat tertentu antara lain;  orang dewasa dan mampu berkomunikasi dengan baik.  Ia harus mau dan dapat hidup serta bekerja di desa-desa pesisir yang terpencil, selain mampu mengembangkan kepercayaan dan disegani oleh semua lapisan anggota masyarakat nelayan.  Seorang pembina juga harus bisa berkomunikasi dengan berbagai tingkatan dan golongan di dalam masyarakat.  Memiliki jiwa kepemimpinan, mampu mengkoordinasi masyarakat, memiliki jiwa yang sehat dan fisik yang kuat, mempunyai daya kreatif, jujur, terbuka dan dapat dipercaya.  Menjadi seorang pembina masyarakat juga harus mendapat dukungan dari keluarga dan memiliki komitmen yang kuat untuk bertugas pembinaan setiap saat bagi masyarakat.  

Mengingat bahwa seorang pembina masyarakat nelayan harus dapat berperan dalam masyarakat, baik sebagai fasilitator, organisator, mediator, dll maka untuk menjadi seorang pembina masyarakat nelayan, paling tidak memiki latar belakang pendidikan praktis adalah lulusan universitas (sarjana) ilmu kelautan dan perikanan.  (Tulungen, J.J, dkk, 2002).

Suatu proses pembinaan membutuhkan waktu yang relatif lama,  karena pembinaan masyarakat perlu dilakukan secara terus menerus dan simultan antara pembina dan masyarakat  nelayan sehingga terjadi adanya perubahan-perubahan dalam masyarakat itu sendiri.  Untuk itu seorang pembina harus dapat bersedia mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan pembinaan, apalagi kalau wilayah kerjanya cukup jauh dan terpencil.

Dalam kegiatan pembinaan memerlukan suatu bentuk organisasi pembinaan masyarakat nelayan. Pentingnya organisasi pembinaan masyarakat nelayan karena; 
  • Setiap pembina harus diorganiser sebaik-baiknya oleh setiap lembaga pemerintahan yang bersangkutan agar mereka benar-benar memahami latar belakang  sosial budaya masyarakat nelayan, serta menjalin hubungan dengan pusat informasi tentang sosial budaya setempat.
  • Setiap pembina harus memiliki hubungan timbal balik yang erat dengan  para peneliti (sumber informasi lainnya )  maupun dengan masyarakat nelayan.
  • Pengorganisasian  yang efektif di dalam kegiatan pembinaan masyarakat nelayan  memerlukan kaitan dengan sektor-sektor kegiatan lain.
  • Kredibilitas pembina  sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya  hanya dimungkinkan jika ada organisasi  pembinaan masyarakat  nelayan   yang memberikan kejelasan  tugas dan tanggung jawab  kepada setiap pembinanya.
PENUTUP
Sistim pembinaan masyarakat nelayan yang merupakan bagian dari pembangunan perikanan yang berkelanjutan di Indonesia perlu memperhatikan dan memahami secara baik setiap elemen-elemen sistim yang terkait dan berpengaruh terhadap kerja sistim pembinaan itu sendiri. Elemen-elemen sistim yang terdiri dari sasaran pembinaan, metoda pembinaan dan pembina, cukup kompleks sehingga untuk itu  perlu adanya keterpaduan berbagai disiplin ilmu dalam merencanakan suatu bentuk kegiatan pembinaan masyarakat nelayan yang berkelanjutan. Dengan demikian  dapat membantu dan membangun  sistim pembinaan bagi masyarakat nelayan yang lebik baik.

Semoga bermanfaat...



No comments:

Post a Comment